Rabu, 09 Maret 2011

Rumah Hantu AmityVille
975, George dan Kathleen serta anak-anak mereka pindah ke sebuah rumah di 112 Ocean Avenue, sebuah rumah besar bergaya kolonial Belanda di Amityville, sebuah lingkungan di pinggiran kota di selatan Long Island, New York.


Tigabelas bulan sebelum keluarga Lutz pindah, Ronald DeFeo, Jr., pemilik sebelumnya, telah menembak mati enam anggota keluarganya di rumah itu. Setelah 28 hari keluarga Lutz tinggal dirumah itu, mereka mulai merasakan hal-hal aneh dengan rumah tersebut.

Bagian ini berdasarkan buku yang ditulis oleh Jay Anson, 1977, The Amityville Horror – A True Story.

Jay Anson (1921-1980), adalah penulis The Amityville Horror

Rumah bernomor 112 di Ocean Avenue telah kosong selama 13 bulan setelah DeFeo membunuh anggota keluarganya, hingga pada Desember 1975 keluarga Lutz membeli rumah tersebut seharga $80.000. Rumah yang memiliki enam kamar tidur ini dibangun dengan gaya kolonial Belanda, dan memiliki atap yang melengkung. Rumah ini dilengkapi dengan kolam renang dan sebuah rumah tempat penyimpanan kapal. George dan Kathy telah menikah pada bulan Juli 1975 dan mempunyai rumah mereka sendiri, namun ingin memulai kembali dengan memiliki rumah baru. Kathy mempunyai tiga anak dari pernikahan sebelumnya, Daniel (9), Christopher (7), dan Melissa alias Missy (5). Mereka juga memiliki seekor anjing Labrador yang diberi nama Harry. Selama pengecekkan mereka saat akan membeli rumah tersebut, oleh agen mereka telah diberitahukan mengenai pembunuhan yang dilakukan oleh DeFeo, namun mereka menganggap hal itu bukanlah masalah.



Keluarga Lutz pindah kerumah tersebut pada 18 Desember 1975. Sebagian besar mebel dari keluarga DeFeo masih ada, karena semuanya termasuk dalam kesepakatan jual beli. Seorang teman George Lutz telah mempelajari tentang masa lalu sejarah rumah tersebut, dan mendesak agar mereka melakukan pemberkatan. Namun mereka tidak mengerti cara-caranya. George mengenal seorang Pendeta Katolik yang bernama Bapa Ray, dan ia bersedia untuk melakukan pemberkatan. (Dalam buku Anson disebutkan nama Pendeta tersebut adalah Bapa Mancuso. Hal ini dilakukan untuk menjaga privasi Pendeta tersebut, nama aslinya adalah Bapa Ralph J. Pecoraro).

Bapa Mancuso adalah seorang pengacara, imam Katolik, dan seorang psikoterapi yang tinggal di Sacred Heart Rectory. Ia tiba untuk melaksanakan berkat pada sore hari tanggal 18 Desember 1975 disaat George dan Kathy sedang membongkar barang-barang mereka. Ketika ia mengibaskan air suci yang pertama dan mulai untuk berdoa, ia mendengar suara dengan jelas yang mengatakan”Keluar!” – “Get out!”. Disaat meninggalkan rumah tersebut, ia tidak menceritakan kejadian itu kepada George maupun Kathy. Pada 24 Desember 1975, Bapa Mancuso menelepon George Lutz dan menasihatkan agar dia tidak menggunakan ruang dimana ia telah mendengar suara yang aneh tersebut. Ruang ini adalah ruangan yang direncanakan Kathy digunakan sebagai ruang jahit, dan tadinya adalah kamar tidur Marc dan Yohanes Matthew DeFeo. Percakapan telepon terputus secara tiba-tiba, dan kunjungan berikutnya ke rumah tersebut mengakibatkan Bapa Mancuso menderita demam tinggi dan pada lengannya dijumpai tanda yang mirip dengan tanda stigmata.

Pada mulanya, George dan Kathy Lutz tidak merasakan hal yang aneh dengan rumah mereka. Namun kemudian, mereka merasa bahwa “masing-masing dari mereka tinggal di suatu rumah yang berbeda”.

Sebagian dari pengalaman keluarga Lutz diuraikan sebagai berikut:
George selalu terbangun sekitar pukul 03:15 setiap paginya, dan kemudian keluar ke rumah tempat penyimpanan kapal. Waktu tersebut diperkirakan adalah waktu dimana DeFeo membunuh anggota keluarganya.
Rumah mereka selalu diganggu oleh segerombolan lalat di setiap musim dingin.
Kathy mendapat mimpi buruk tentang pembunuhan dan saat dimana ia melakukan persetujuan pembelian rumah tersebut. Anak-anak mereka juga mulai tertidur dengan terlungkup, posisi yang sama saat mayat DeFeo ditemukan.
Kathy merasakan seolah-olah “sedang dipeluk” dengan penuh kasih oleh suatu kekuatan yang tidak terlihat.
Kathy menemukan sebuah ruang kecil yang tersembunyi (sekitar empat kaki) di belakang basement. Dindingnya bercat merah dan ruangan itu tidak tampak didalam denah rumah. Ruangan itu kemudian dikenal dengan nama “The Red Room”. Ruangan ini memiliki pengaruh terhadap anjing mereka Harry, yang selalu menolak untuk mendekat dan selalu berjongkok seolah-olah merasakan sesuatu yang negatif.
Ada udara dingin, bau parfum dan kotoran didalam rumah, dimana tidak terdapat saluran udara atau jalur bagi sumber tersebut.
Putri mereka yang berumur lima tahun, Missy, mengisahkan teman imajinasinya yang bernama “Jodie” yang memiliki mata yang sangat merah.
George selalu dibangunkan oleh bunyi bantingan pintu depan. Ia akan segera ke lantai bawah dan menemukan anjing mereka tertidur dengan suara keras didepan pintu. Tidak ada orang lain yang mendengar suara itu kecuali dia.
George mendengar apa yang diuraikan sebagai “Marching band Jerman” atau suara seperti radio yang tidak di setel dengan frekuensi yang tepat. Namun ketika ia ke menuju lantai bawah, suara gaduh akan berhenti.
George disadari bahwa ia memiliki kemiripan kuat dengan Ronald DeFeo, Jr., dan mulai bermabukan di The Witches’ Brew, bar dimana DeFeo adalah salah seorang pelanggannya.
Ketika mengecek tempat penyimpanan kapal pada suatu malam, George melihat sepasang mata merah yang sedang memperhatikan dia dari jendela kamar tidur Missy. Ketika ia pergi keatas untuk melihatnya, ia tidak menemukan apa-apa. Kemudian disimpulkan bahwa itu adalah “Jodie”.
Ketika ditempat tidur, Kathy mendapatkan bekas merah didadanya disebabkan oleh suatu kekuatan tak terlihat, dan ia diangkat sekitar dua kaki dari tempat tidurnya.
Kunci, jendela, dan pintu rumah dirusakkan oleh suatu kekuatan yang tak terlihat.
Terdapat belahan kuku binatang yang besar di salju yang kemudian dihubungkan dengan seekor babi besar pada 1 Januari 1976.
Dari dinding aula dan lubang kunci dari pintu kamar bermain yang ada di loteng keluar lumpur yang berwarna hijau.
Sebuah salib 12 inchi yang digantung Kathy di kamar kecil ditemukan terpasang terbalik dan menyemburkan bau.
George tersandung oleh sebuah keramik singa Tiongkok yang memiliki tinggi sekitar empat kaki, yang kemudian meninggalkan bekas gigitan pada salah satu mata kakinya.
George melihat Kathy berubah menjadi seorang wanita tua yang berumur sekitar 90-an, “dengan rambut acak-acakan, muka dengan kerutan dan berbentuk buruk, dan air liur yang menetes dari mulutnya yang ompong”.

George dan Kathy Lutz dikelilingi dengan berbagai media yang mengulas kasus mereka

Setelah memutuskan bahwa ada yang tidak beres dengan rumah mereka, yang tidak dapat dijelaskan secara rasional, George dan Kathy Lutz melaksanakan suatu pemberkatan dengan cara mereka sendiri pada 8 Januari 1976. George memegang sebuah salib yang terbuat dari perak selagi kedua-duanya membacakan Doa Para Raja, dan dari ruang tamu mereka, menurut dugaan banyak oang terdengar suara paduan suara yang meminta agar mereka berhenti: “Will you stop!”.

Di pertengahan Januari 1976, dan setelah usaha pemberkatan yang dilakukan oleh George dan Kathy, mereka mengalami kejadian yang kemudian menjadi malam terakhir mereka berada di rumah itu. Keluarga Lutz menilai bahwa segala kejadian yang terjadi sebagai sesuatu yang sangat menakutkan, “too frightening”.

Setelah berkonsultasi dengan Bapa Mancuso, mereka memutuskan untuk mengambil beberapa barang kepunyaan mereka dan memutuskan untuk tinggal di rumah ibu Kathy di dekat Deer Park, New York. Pada 14 Januari 1976, George dan Kathy Lutz bersama ketiga anaknya dan anjing mereka Harry, meninggalkan rumah dan meninggalkan banyak barang dibelakang rumah tersebut. Hari berikutnya, seorang tukang ditugaskan untuk memindahkan barang-barang untuk dikirim ke keluarga Lutz. Ia melaporkan ada fenomena yang tidak normal didalam rumah itu.

Buku ini ditulis setelah Tam Mossman, seorang editor di penerbit Prentice Hall yang mengenalkan George dan Kathy Lutz kepada Jay Anson. Mereka tidak bekerja secara langsung dengan Anson, namun disampaikan melalui rekaman tape yang berdurasi sekitar 45 jam, yang kemudian menjadi dasar bagi penulisan buku ini. Diperkirakan penjualan buku ini mencapai sepuluh juta kopi dari beberapa edisi. Anson dikatakan mengambil dasar judul bukunya “The Amityville Horror” dari “The Dunwich Horror” karangan H.P. Lovecraft yang diterbitkan pada tahun 1929.
The Black Dahlia Murder - Kisah pembunuhan Elizabeth Short
Dalam sejarah Los Angeles, ada satu pembunuhan yang menarik perhatian begitu luas. Bahkan setelah 60 tahun berlalu, kasus ini secara resmi dianggap sebagai tidak terpecahkan. Korbannya cuma satu orang, namun karakteristik pembunuhan ini begitu keji sehingga kasus ini mendapat tempat khusus di media. Kasus ini disebut pembunuhan Black Dahlia.

(Warning: Tulisan ini memiliki deskripsi yang kurang menyenangkan dan saya juga minta maaf kalau tulisan ini terlalu panjang)

Mayat terpotong di lahan kosong
15 Januari 1947, Betty Bersinger berjalan keluar dari rumahnya di Los Angeles sambil membawa anak perempuannya yang masih berusia 3 tahun menuju sebuah toko sepatu. Ketika sampai di Leimert Park di dekat sudut Norton 39th, Betty dan putrinya melewati beberapa bidang lahan kosong yang ditumbuhi semak-semak.

Tidak berapa lama kemudian, mata Betty terpaku pada sesuatu berwarna putih di dekat semak-semak. Benda itu terlihat seperti sebuah manekin dari departemen store yang telah terpotong dua. Dipenuhi rasa ingin tahu, Betty mendekati objek itu. Sesaat kemudian, ia terkesiap menyaksikan apa yang disangkanya manekin ternyata mayat seorang wanita berkulit putih yang telah terpotong dua.

Polisi segera dihubungi dan beberapa waktu kemudian, dua orang polisi bernama Frank Perkins dan Will Fitzgerald tiba di lokasi.

Kondisi Mayat
Mayat wanita itu terbaring telentang dengan lengan yang terangkat di atas bahunya. Kedua kakinya terbuka lebar dalam pose yang vulgar. Luka robek dan lecet memenuhi seluruh tubuhnya. Mulutnya disobek sehingga senyumnya melebar dari telinga satu ke telinga yang lain. Pada pergelangan tangan, pergelangan kaki dan lehernya, terlihat adanya bekas jeratan tali sehingga para penyelidik menyimpulkan kalau ia telah diikat dan disiksa selama beberapa hari.

Namun, apa yang paling mengerikan dari mayat ini adalah kenyataan kalau tubuhnya telah disembelih dengan rapi di atas pinggang sehingga terbelah dua.

Polisi menyimpulkan kalau ia telah dibunuh di suatu tempat dan mayatnya dibuang ke tempat itu pada malam hari. Ini terlihat dari tidak adanya darah pada tanah dan mayat itu. Sang pembunuh mungkin telah membersihkan mayat itu sebelum dibuang ke tanah kosong.

Kasus mutilasi mengerikan ini dengan segera menjadi prioritas utama kepolisian Los Angeles (LAPD) yang kemudian menugaskan detektif Harry Hansen dan partnernya Finis Brown untuk segera menyelidiki kasus itu.

Ketika kedua detektif itu tiba di lokasi, mereka menemukan tempat kejadian perkara telah dipenuhi oleh pejalan kaki dan reporter yang meliput. Hansen segera membubarkan massa untuk mengamankan barang bukti yang mungkin tercecer di tempat itu.

Tetapi, di lokasi itu, mereka tidak menemukan adanya senjata pembunuh ataupun jejak kaki.

Situasi Leimert Park ketika mayat ditemukan

Setelah selesai diperiksa di tempat, mayat wanita itu segera dibawa ke kamar mayat. Sidik jarinya dikirim ke kantor FBI di Washington untuk diidentifikasi. Sementara menunggu hasil pemeriksaan FBI, petugas otopsi memeriksa mayat itu dan mereka kembali menemukan beberapa detail mengerikan lainnya.

Pada mayat itu ditemukan banyak cabikan di wajah, kepala dan tubuhnya. Lalu, terlihat adanya tanda-tanda sodomi dan pemerkosaan walaupun tidak ditemukan adanya sperma di dalam tubuhnya.

Begitu mengerikannya kondisi mayat ini sehingga bahkan dokter dan detektif yang paling tabah sekalipun dibuat syok olehnya.

Tidak berapa lama kemudian, hasil pemeriksaan FBI terhadap sidik jari mayat itu tiba di kantor LAPD. Perempuan yang dibunuh itu ternyata bernama Elizabeth Short, 22 tahun, yang berasal dari Massachusetts.

Setelah identitas korban diketahui, para detektif segera mengerahkan upayanya untuk menggali informasi mengenai perempuan ini supaya dapat menemukan petunjuk yang mungkin bisa mengarah kepada sang pembunuh.

Namun, mereka tidak menyangka kalau apa yang akan ditemukan berikutnya ternyata malah menjadi teka-teki yang membingungkan.

Siapa Elizabeth Short
Elizabeth Short lahir tanggal 29 Juli 1924 di Hydepark, Massachusetts. Beth yang masih muda kemudian pindah ke Hollywod untuk mengejar karir di bidang perfilman.

Ia dikenal sebagai perempuan yang gampang bergaul dan memiliki banyak kenalan. Wajahnya yang cantik membuatnya sering menarik perhatian para pria, bahkan di Holywood sekalipun dimana kecantikan adalah hal yang biasa.

Di Hollywood, Beth mulai berkenalan dengan banyak orang dari kalangan sosialita kelas atas. Salah satu pria yang kemudian menjadi teman baiknya adalah Mark hansen, seorang pemilik klub malam dan teater.

Hansen lalu mengajak Beth pindah ke rumahnya bersama sejumlah artis lainnya. Kadang para artis ini menjadi penghibur bagi tamu-tamu yang datang ke klub Hansen. Dengan segera, Beth menjadi bagian yang tetap dalam kelompok Hansen. Kondisi ini cukup menguntungkan baginya karena karirnya di film tidak berkembang.

Pada masa itu, film "The Blue Dahlia" yang diperankan Veronica Lake dan Alan Ladd beredar di masyarakat. Beberapa teman Beth mulai memanggilnya dengan sebutan Black Dahlia karena rambut hitamnya kesukaannya mengenakan pakaian hitam.

Siapa yang membunuh Beth?
Setelah kasus pembunuhan Beth tersebar luas di media, ada sekitar 60 pria dan wanita maju ke publik dan mengaku sebagai pembunuh sebenarnya. Namun, pengakuan-pengakuan ini tidak disertai oleh bukti yang bisa diverifikasi oleh pihak kepolisian sehingga semua pengakuan ini dianggap hanya sebagai usaha mencari sensasi.

Pada masa itu, kasus pembunuhan Black Dahlia adalah kasus penyelidikan kriminal terbesar yang pernah dilakukan LAPD sejak kasus pembunuhan Marion Parker yang terjadi pada tahun 1927. Karena besarnya skala penyelidikan ini, LAPD mendapatkan bantuan ratusan petugas dari badan lainnya.

Beberapa hari setelah penemuan mayat mayat Beth, polisi mendapatkan sebuah paket misterius yang mungkin berasal dari sang pembunuh sendiri.

Paket itu tiba di kantor harian Los Angeles Examiner yang segera diteruskan ke polisi. Di dalamnya ditemukan sebuah catatan yang terbuat dari guntingan-guntingan koran yang bertuliskan "Ini adalah barang-barang kepunyaan Dahlia...surat akan menyusul".


Di dalam kotak itu juga ditemukan kartu jaminan sosial kepunyaan Beth, akte kelahiran, foto Beth dengan rekan-rekannya, kartu nama dan nota klaim untuk koper yang tertinggal di depot bus. Barang lain yang cukup menarik adalah buku alamat milik Mark hansen yang beberapa halamannya telah hilang.

Polisi mencoba untuk mencari sidik jari dari kotak dan barang-barang yang ada di dalamnya, namun ternyata semua barang tersebut telah dicuci dengan minyak tanah untuk membersihkannya dari sidik jari.

Para detektif lalu memulai tugas berat untuk menyelidiki semua nama yang ada di buku alamat Hansen. Surat menyusul yang dijanjikan sang pembunuh memang tiba, namun tanpa petunjuk yang berarti.

Karena kompleksnya kasus ini, para detektif memulai penyelidikan ini dengan menganggap setiap orang yang mengenal Beth sebagai tersangka pembunuhan. Ratusan orang masuk ke dalam daftar tersangka dan ribuan orang diwawancarai untuk mencari petunjuk yang bisa mengarah kepada pembunuh sadis itu.

Jika melihat kondisi mayat yang mengerikan, ada dua kemungkinan mengenai sang pembunuh.

Pertama, sang pembunuh adalah orang yang mengenal Beth dan mungkin telah membunuhnya karena dendam. Memang, pada kasus pembunuhan dimana mayat korban dirusak dengan kejam, pada umumnya, pelakunya memang orang yang mengenal korban.

Karena itu, orang-orang yang mengenal Beth seperti Mark Hansen diperiksa satu persatu. Namun, mereka tidak menemukan bukti yang bisa mengarah kepada pelaku pembunuhan.

Sedangkan kemungkinan kedua adalah pembunuh berantai. Teori pembunuh berantai memang teori yang paling populer dan dalam 60 tahun terakhir ini, beberapa peneliti independen telah mencoba melakukan penyelidikannya sendiri dan menghasilkan beberapa kesimpulan yang cukup kuat.

Selama 60 tahun terakhir ini, paling tidak ada 24 tersangka yang dianggap paling mungkin melakukan pembunuhan Black Dahlia, namun, saya hanya akan membahas beberapa nama yang paling populer.

Cleveland Torso Murder
Pada tahun 1930an, sebelum pembunuhan Beth, ada seorang pembunuh berantai yang meneror Cleveland. Pembunuh itu dikenal dengan julukan "Mad Butcher of Kingsbury Run". Julukan terhadap kasusnya adalah "Cleveland Torso Killer". Julukan ini didapatkan karena seluruh korban dimutilasi dengan sayatan yang rapi, persis seperti Beth.

Kasus pembunuhan ini ditangani langsung oleh Elliot Ness yang legendaris. Ness dikenal sebagai aparat yang berhasil menangkap dan memenjarakan mafia kelas kakap Al Capone.

Walaupun ditangani secara langsung oleh Ness, kasus pembunuhan Cleveland tetap tidak bisa dipecahkan. Jadi, wajar jika banyak orang percaya kalau pelaku pembunuhan dalam kedua kasus ini dilakukan oleh orang yang sama.

Mungkinkah pembunuh dari Cleveland itu pindah ke California dan membunuh Beth?

George Knowlton
Pada tahun 1995, seorang penulis bernama Janice Knowlton menerbitkan sebuah buku yang berjudul "Daddy was the Black Dahlia Killer".

Dalam bukunya, ia memiliki teori kalau ayahnya yang bernama George Knowlton adalah sang pembunuh Black Dahlia. Namun, para penyelidik menolak teorinya karena mereka menganggap Janice hanya mengeluarkan teorinya berdasarkan ingatan yang depresi, mengingat ayahnya suka menganiayanya secara seksual sejak kecil.

George Hodel
Selain Janice Knowlton, ada satu orang lagi yang juga menulis buku yang menuduh ayahnya sebagai Black Dahlia Killer. Ia adalah Steve Hodel, seorang detektif bagian pembunuhan di LAPD.

Buku yang ditulisnya berjudul "Black Dahlia Avenger" dan terbit tahun 2003. Di dalamnya ia menuduh sang ayah, Dr.George Hodel, yang juga seorang ahli bedah, sebagai pembunuh Black Dahlia.

"Apa yang saya mengejutkan saya adalah adanya kemungkinan kalau pembunuhnya adalah seorang dokter bedah." Kata Steve. "Bukan sekedar pemotong daging, bukan tukang jagal hewan, melainkan seorang ahli bedah yang terampil."

Dr. Mark Wallack, seorang ahli bedah di Rumah sakit St Vincent di New York, yang melihat foto kondisi mayat Beth sebelum dan sesudah otopsi, juga percaya dengan pendapat Steve.

"Ketrampilan seperti ini hanya bisa dimiliki oleh mereka yang memiliki pengalaman dalam pembedahan." Kata Wallack. Ia juga percaya kalau pembunuhnya adalah seorang dokter.

Selain itu, Steve juga menemukan kalau ayahnya ternyata pengidap kelainan seksual Sadistic misogynist yang telah melakukan hubungan incest dengan anaknya sendiri, Tamar, saudara tiri Steve.

Steve juga percaya kalau beberapa kasus pembunuhan yang tidak terpecahkan lainnya mungkin dilakukan oleh ayahnya, seperti "Red Lipstick Murder", yaitu pembunuhan terhadap Jeanne French yang mayatnya ditemukan satu bulan setelah Beth dengan huruf BD tertulis dengan lipstik merah di tubuhnya. Mayat French juga ditemukan di lahan kosong.

Namun, mungkin yang paling luar biasa adalah teori Steve kalau ayahnya juga adalah Zodiac Killer yang legendaris. Zodiac Killer adalah pembunuh berantai yang beroperasi di California pada tahun 1960an. Jumlah korbannya yang bisa diverifikasi adalah 7 orang, walaupun Zodiac sendiri mengaku telah membunuh 37 orang. Kasus Zodiac juga termasuk ke dalam kategori Tidak Terpecahkan.

Teori Steve ini cukup luar biasa, tetapi sepertinya ia punya dasar yang cukup kuat. Foto George Hodel ternyata sangat mirip dengan sketsa wajah Zodiac Killer yang dirilis oleh pihak kepolisian pada tahun 1960an.

Teori Hodel belum mendapat pengakuan dari LAPD dan bahkan dianggap mengada-ngada oleh banyak pihak. Walaupun begitu, teorinya cukup mendapat banyak apresiasi dari berbagai pihak, seperti deputi jaksa wilayah, Steve Kay, dan penulis buku mengenai Black Dahlia bernama James Ellroy.

Jika pembunuh Black Dahlia, Red Lipstick Murder dan Zodiac Killer ternyata orang yang sama, maka bukan tidak mungkin kalau pengakuan Zodiac mengenai jumlah korbannya benar adanya.

Arnold Smith
Pada tahun 1981, puluhan tahun setelah pembunuhan itu terjadi, ada satu petunjuk penting mengenai kasus ini muncul ke permukaan. Waktu itu, seorang detektif LAPD bernama John St.John menerima informasi mengenai kasus Black Dahlia dari seorang informan.

St.John dikenal sebagai detektif hebat yang telah menangani banyak kasus pembunuhan. Bahkan kisah hidupnya telah menjadi inspirasi bagi buku dan film seri di televisi.

Suatu hari, seorang informan datang kepadanya dan memberikan sebuah rekaman pengakuan dari seseorang yang bisa jadi sang pembunuh Black Dahlia sendiri. Pria di dalam rekaman itu juga menunjukkan kepada sang informan beberapa foto dan barang-barang pribadi yang diklaimnya sebagai milik Beth.

Pria itu bernama Arnold Smith. Dalam rekaman itu, Smith mengklaim kalau rekannya yang bernama Al Morrison yang juga seorang pelaku kejahatan seksual telah membunuh dan memutilasi Beth.

Arnold Smith

St.John percaya kalau Arnold Smith dan Al Morrison adalah pria yang sama.

Selain pengakuan, rekaman itu juga menceritakan detail bagaimana Beth dibunuh. Smith bercerita kalau Beth datang ke kamar Al Morrison di Hollywood karena ia tidak punya tempat untuk menginap. Morrison lalu membawa Beth ke sebuah rumah di East 31st dekat San pedro dan mengajaknya berhubungan seks yang kemudian ditolak oleh Beth.

Morrison menjadi marah dan menganiaya Beth yang kemudian berujung pada pembunuhan dan mutilasi terhadap Beth.

Informasi ini bocor ke pers. Media dihebohkan dengan kemungkinan adanya tersangka baru dalam kasus Black Dahlia. Akibatnya, Arnold Smith malah menghilang dan tidak bisa dihubungi, mungkin karena ketakutan. Informan St.John tidak mengetahui dimana ia tinggal, namun ia meninggalkan beberapa pesan untuk Smith supaya bisa bertemu. Akhirnya pesan itu dibalas dan Smith bersedia bertemu.

Namun, pertemuan yang mungkin bisa menjadi kunci pemecahan kasus itu tidak pernah terjadi.

Beberapa hari sebelum pertemuan itu, Smith ditemukan tewas dengan kondisi mengerikan di atas tempat tidurnya di Holland Hotel. Smith diduga merokok ketika ia tertidur sehingga tubuhnya terbakar habis bersama tempat tidurnya dan dokumen-dokumen lainnya yang diduga milik Beth.

Kematian Smith memang agak mencurigakan, namun polisi tidak menemukan bukti adanya kejahatan di dalam peristiwa itu. Misteri di dalam misteri.

Dengan kematian Smith, salah satu kunci yang mungkin bisa memecahkan misteri Black Dahlia lenyap untuk selama-lamanya.

Mungkinkah Arnold Smith pembunuh Black Dahlia yang sesungguhnya?

Sayang kita tidak bisa mengetahuinya.

Walaupun banyak petunjuk dan teori baru bermunculan, setelah lebih dari 60 tahun, pihak LAPD masih mengkategorikan kasus ini sebagai "Unsolved - tidak terpecahkan". Namun, kasus ini masih menarik perhatian para peneliti independen. Mungkin dalam tahun-tahun berikutnya, kita akan mendengar teori-teori baru lainnya.

(wikipedia, bethshort.com, cbsnews.com, latimes.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar